Batik Tujuh Rupa: Warisan Budaya Khas Pekalongan yang Sarat Makna

- Author

Kamis, 10 Oktober 2024 - 11:58 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Batik Jawa Hokokai Tujuh Rupa

Batik Jawa Hokokai Tujuh Rupa

pekalongan, Jawa Tengah – Batik Tujuh Rupa merupakan salah satu motif batik khas dari kota Pekalongan yang memiliki ciri khas berupa simbol-simbol alam seperti tumbuhan, hewan, dan bentuk geometris yang kaya akan makna. Motif ini mencerminkan keberagaman kehidupan dan alam yang dituangkan melalui perpaduan berbagai elemen motif dalam satu kain batik. Sebagai produk budaya yang unik, Batik Tujuh Rupa tidak hanya berfungsi sebagai pakaian, tetapi juga sebagai medium ekspresi seni dan identitas budaya masyarakat Pekalongan.

Diciptakan oleh Pengrajin Kreatif Pekalongan

Batik Tujuh Rupa diciptakan oleh para pengrajin batik di Pekalongan yang telah mewarisi keahlian dan teknik pembuatan batik secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Para pengrajin ini dikenal memiliki kreativitas yang tinggi dalam memadukan berbagai motif dan warna, menghasilkan sebuah karya seni yang sarat akan nilai estetika dan simbolisme. Keberhasilan para pengrajin dalam menciptakan Batik Tujuh Rupa juga tak lepas dari komitmen mereka untuk menjaga warisan budaya yang sudah ada sejak lama.

Representasi Kota Batik dan Warisan Budaya Lokal

Pekalongan telah lama dikenal sebagai “Kota Batik” karena kontribusinya yang besar dalam perkembangan industri batik di Indonesia. Batik Tujuh Rupa menjadi salah satu ikon budaya lokal yang berperan penting dalam memperkuat identitas Pekalongan sebagai pusat batik. Motif ini diciptakan sebagai wujud pelestarian warisan budaya lokal dan untuk memperlihatkan kekayaan motif serta nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya dan seni tradisional, Batik Tujuh Rupa diharapkan dapat terus berkembang dan dikenal secara luas, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Tujuannya tidak hanya untuk melestarikan kebudayaan, tetapi juga untuk memperkenalkan filosofi kehidupan masyarakat Pekalongan yang tercermin dari berbagai unsur motif batik ini.

Diproduksi di Pekalongan, Pusat Industri Batik Nusantara

Batik Tujuh Rupa diproduksi di Pekalongan, Jawa Tengah, sebuah kota yang memiliki sejarah panjang sebagai pusat industri batik nusantara. Proses pembuatan batik ini dilakukan di berbagai sentra pengrajin batik yang tersebar di Pekalongan. Dengan lingkungan yang mendukung, kota ini memiliki pengaruh besar dalam perkembangan batik nusantara dan menjadi tempat berkumpulnya para pengrajin yang memiliki keahlian tinggi.

Pekalongan tidak hanya terkenal sebagai tempat produksi batik, tetapi juga sebagai daerah yang melahirkan motif-motif batik yang unik dan inovatif. Hal ini menjadikan Batik Tujuh Rupa sebagai salah satu representasi kebanggaan masyarakat setempat yang kaya akan seni dan budaya.

Proses Pembuatan yang Sarat Makna dan Penuh Ketelitian

Batik Tujuh Rupa dibuat dengan menggunakan metode tradisional yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Proses pembuatan dimulai dari pemberian pola pada kain putih menggunakan malam (lilin) yang diaplikasikan dengan canting. Setelah pola terbentuk, kain dicelupkan dalam pewarna alami atau sintetis sesuai dengan warna yang diinginkan. Proses pencelupan ini dilakukan beberapa kali tergantung pada jumlah warna dan kedalaman motif yang ingin ditampilkan.

Setelah proses pewarnaan selesai, malam yang digunakan untuk menutup bagian pola dihilangkan dengan cara direbus. Hasil akhirnya adalah kain batik dengan motif yang jelas dan detail yang indah, mencerminkan keahlian para pengrajin yang telah menguasai teknik ini selama bertahun-tahun.

Sebuah Karya yang Abadi dari Generasi ke Generasi

Batik Tujuh Rupa terus diproduksi dari masa ke masa sebagai simbol seni dan budaya yang tidak lekang oleh waktu. Hingga kini, motif ini tetap menjadi kebanggaan Pekalongan dan menjadi bagian dari identitas budaya Indonesia. Dengan mempertahankan proses tradisional serta mengadopsi inovasi modern, Batik Tujuh Rupa diharapkan dapat terus lestari dan menjadi bagian dari kekayaan budaya yang diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Batik Tujuh Rupa bukan sekadar kain, melainkan sebuah karya seni yang hidup, mencerminkan keragaman dan keindahan alam yang diabadikan dalam setiap helai motifnya.

Komentar Menggunakan Akun FB

Penulis : Arya Rizky

Editor : R**a

Berita Terkait

Tim Putri SMA N 1 Padangan dan SMA N 2 Cepu Raih Juara Ketiga Bersama di Event Blora Futsal League 2024
Tim Putri SMK N 1 Cepu Raih Juara Kedua di Event Blora Futsal League 2024
Tim Putri SMA N 1 Wirosari Raih Juara Pertama di Event Blora Futsal League 2024
SMK N Purwosari dan SMA N 1 Tunjungan Raih Juara Tiga Bersama di Event Blora Futsal League 2024
SMA N 1 Padangan Raih Juara Kedua di Event Blora Futsal League 2024
SMK Migas Cepu Raih Juara Pertama di Event Blora Futsal League 2024
Blora Futsal League: Direktur UT Semarang Cup Sambut Semangat Sumpah Pemuda di MC Edu Park Cepu
Ribuan Peserta Ikuti Bojonegoro Fun Run 2024, Semarakkan HUT TNI dan Hari Jadi Bojonegoro
Berita ini 154 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 29 Oktober 2024 - 16:00 WIB

Tim Putri SMA N 1 Padangan dan SMA N 2 Cepu Raih Juara Ketiga Bersama di Event Blora Futsal League 2024

Selasa, 29 Oktober 2024 - 15:29 WIB

Tim Putri SMK N 1 Cepu Raih Juara Kedua di Event Blora Futsal League 2024

Selasa, 29 Oktober 2024 - 15:00 WIB

Tim Putri SMA N 1 Wirosari Raih Juara Pertama di Event Blora Futsal League 2024

Selasa, 29 Oktober 2024 - 14:45 WIB

SMK N Purwosari dan SMA N 1 Tunjungan Raih Juara Tiga Bersama di Event Blora Futsal League 2024

Selasa, 29 Oktober 2024 - 13:45 WIB

SMA N 1 Padangan Raih Juara Kedua di Event Blora Futsal League 2024

Selasa, 29 Oktober 2024 - 12:51 WIB

Blora Futsal League: Direktur UT Semarang Cup Sambut Semangat Sumpah Pemuda di MC Edu Park Cepu

Selasa, 15 Oktober 2024 - 15:48 WIB

Ribuan Peserta Ikuti Bojonegoro Fun Run 2024, Semarakkan HUT TNI dan Hari Jadi Bojonegoro

Selasa, 15 Oktober 2024 - 15:25 WIB

Petani Tebu Didorong Gunakan Pupuk Organik Biowin untuk Tingkatkan Produksi dan Kesuburan Tanah

Berita Terbaru